-->

Resensi : Rectoverso

Judul Buku : Rectoverso
Penulis : Dewi Lestari
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2013
Cetakan ke : 2
Jumlah Halaman : 170

Sebelas cerita, dikemas menjadi 'satu' bernama Rectoverso. Sebuah mahakarya unik dan pertama di Indonesia. Merupakan hibrida dari fiksi dan musik, bersatu bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri dan terwujud sebagai satu kesatuan.

Berarti sama, berfilosofi yang senada. Recto adalah telinga, dan Verso adalah mata. Itulah mengapa, di salah satu sisi buku ini dikatakan, " Dengar fiksinya. Baca Musiknya."
Rectoverso sebenarnya merupakan pengistilahan untuk dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Membaca dan mendengarkan Rectoverso, seolah melihat cerita dari dua dunia berbeda namun sebenarnya saling melengkapi. Karena dalam buku ini terdapat 11 cerita yang masing-masing juga dilengkapi dengan 11 lagu yang berjudul sama dan mewakili tiap-tiap bagiannya.

Salah satu cerpen dalam Rectoverso adalah Malaikat Juga Tahu. Mungkin sebagian dari kita pernah sekali, dua kali, atau bahkan berkali-kali mendengarkan lagunya. Tetapi kita belum mengetahui apa yang sebenarnya ada dibalik lagu ini. Dalam cerpennya, lagu tersebut mengisahkan tentang seorang gadis yang dicintai oleh dua orang kakak beradik. Sang kakak yang biasa dianggil Abang mengalami keterbelakangan mental. Ibu mereka yang dipanggil Bunda kemudian berbicara kepada si gadis bahwa cinta Abang kepadanya lebih besar. Karena bagi Abang, ia adalah sebuah rutinitas dan bukti eksistensinya di dunia ini. Namun berdasarkan cerita, si gadis menganggap Abang hanya sebagai saudara, dan memilih sang adik untuk dia cintai. Mendengarkan lagunya, merupakan versi dari sisi sang Bunda yang meyakini bahwa perasaan Abang sangatlah tulus. Berikut adalah sepenggal lirik lagu Malaikat Juga Tahu:

"Karena kau tak lihat, terkadang malaikat tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan. Namun kasih ini silahkan kau adu. Malaikat juga tahu, siapa yang jadi juaranya?"

Selain Malaikat Juga Tahu, ada 10 cerpen lain, diantaranya : Curhat Buat Sahabat, Selamat Ulang Tahun, Aku Ada, Hanya Isyarat, Peluk, Grow a Day Older, Cecak di Dinding, Firasat, Tidur, dan Back to Heaven's Light. Cerpen-cerpen ini umumnya menceritakan tentang cinta yang tak tersampaikan. Tema yang umum, namun berhasil menarik perhatian karena pemilihan katanya yang imajinatif dan kreatif. Dengan bahasa yang cukup ringan dikonsumsi, tidak membuat pembaca kebingungan memahami maknanya. Namun agak menyusahkan pembaca ketika dihadapkan dengan cerpennya yang berbahasa Inggris. Karena tidak semua pembaca bisa Bahasa Inggris, pun juga tidak memungkinkan untuk selalu menyiapkan kamus.

Ditinjau dari segi fisik, buku ini sangat menarik. Kualitas kertasnya bagus, menggunakan double cover sehingga bisa melindungi cover aslinya. Dilengkapi dengan ilustrasi dan foto-foto yang berkesan. Ditambah setiap lagu untuk setiap cerpen, membuat tampilan Buku Rectoverso semakin meyakinkan untuk menjadi buku berkualitas. Dengar fiksinya. Baca musiknya.

0 Response to "Resensi : Rectoverso"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel